Liputan Bola Terkini – Di tengah hiruk-pikuk Allianz Arena yang penuh semangat, Paris Saint-Germain (PSG) menorehkan sejarah baru di pentas Eropa. Di bawah arahan Luis Enrique, mereka tidak hanya berhasil meraih gelar Liga Champions untuk pertama kalinya, tetapi melakukannya dengan cara yang luar biasa: membantai Inter Milan dengan skor telak 5-0. Hasil ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Inter dikenal sebagai salah satu tim dengan pertahanan paling solid di Eropa musim ini.1
PSG tampil layaknya mesin perang yang tak bisa dihentikan—presisi, cepat, dan mematikan. Setiap serangan yang mereka bangun terasa seperti serangan terencana yang memecah pertahanan Inter dengan sangat efisien. Tim asal Italia itu, yang biasanya kokoh, tampak tak mampu memberikan perlawanan berarti.
Bagi PSG, kemenangan ini merupakan klimaks dari perjalanan panjang yang sarat ambisi. Sementara bagi Inter, malam ini akan dikenang sebagai malam kelam di mana mereka gagal mengimbangi kekuatan lawan yang jauh lebih dominan.
PSG Langsung Tancap Gas, Inter Tak Berkutik
Inter datang ke laga final dengan catatan pertahanan mentereng, hanya kebobolan selama 17 menit dari 14 pertandingan sebelumnya. Namun, rekor itu langsung runtuh hanya dalam 12 menit pertandingan berjalan. Vitinha mengirimkan umpan jitu kepada Desire Doue, yang kemudian mengoper bola dengan akurat ke Achraf Hakimi untuk mencetak gol ke gawang mantan klubnya.
PSG terus menekan tanpa henti. Hanya delapan menit setelah gol pertama, Ousmane Dembele menyusuri sisi kanan dan mengirim bola kepada Doue. Pemain muda berusia 19 tahun itu mengontrol bola dengan dadanya dan menembak ke arah gawang. Bola sempat mengenai Federico Dimarco sebelum masuk ke dalam jala Inter.
Inter sempat mencoba bangkit melalui sundulan dari Francesco Acerbi dan Marcus Thuram, namun ancaman mereka terlalu lemah untuk menembus pertahanan PSG. Les Parisiens tak hanya memimpin skor, tapi juga mendominasi tempo permainan sepenuhnya.
Perlawanan Tipis Inter di Tengah Keperkasaan PSG
Pelatih Simone Inzaghi berharap babak kedua bisa menjadi titik balik. Namun, PSG kembali unjuk kekuatan hanya 18 menit usai jeda. Vitinha kembali menjadi motor serangan, bekerja sama dengan Dembele sebelum Doue dengan tenang mencetak gol ke sudut kanan bawah gawang.
Tak berselang lama, giliran Khvicha Kvaratskhelia yang mencatatkan namanya di papan skor. Umpan kedua dari Dembele malam itu dimanfaatkan dengan baik oleh pemain asal Georgia, yang melepaskan tembakan datar yang tak mampu dibendung.
Thuram sempat memberikan ancaman serius dan memaksa Gianluigi Donnarumma melakukan penyelamatan gemilang, tetapi itu menjadi satu-satunya sorotan dari Inter dalam pertandingan ini. PSG menutup pesta mereka dengan gol kelima lewat Senny Mayulu, yang bekerja sama apik dengan Bradley Barcola sebelum mencetak gol. Skor 5-0 menjadi rekor kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions.
Kemenangan Spektakuler yang Tercipta dengan Sempurna
PSG tidak sekadar memenangkan laga ini—mereka mempersembahkan pertunjukan sepak bola yang luar biasa. Setiap pemain menjalankan perannya dengan akurasi tinggi, seperti orkestra yang memainkan simfoni dengan sempurna. Luis Enrique sukses membangun tim yang tidak hanya dipenuhi pemain berbakat, tetapi juga memiliki kekompakan luar biasa.
Di sisi lain, Inter terlihat kehilangan arah. Mereka tak mampu mengimbangi kecepatan, kreativitas, dan agresivitas lawan. Sepanjang pertandingan, Nerazzurri seolah hanya menjadi saksi kehebatan PSG dari dalam lapangan.
Bagi PSG, trofi ini menjadi simbol bahwa ambisi mereka selama ini bukan sekadar mimpi kosong. Kini, mereka bukan lagi hanya dikenal sebagai klub kaya raya, tetapi sebagai kekuatan besar di Eropa. Di Munich, mereka mencatatkan nama mereka dalam sejarah dengan cara yang paling mengesankan.