Liputan Bola Terkini –Di balik megahnya dinding biru Stamford Bridge, rupanya tersimpan sebuah kisah menarik yang jarang disorot. Selama lebih dari dua dekade, para pelatih asal Italia selalu punya andil besar dalam mengukir sejarah emas Chelsea, terutama di kancah Eropa.1
Malam yang penuh euforia kembali terjadi ketika Enzo Maresca sukses mempersembahkan gelar juara UEFA Conference League, Kamis (29/5/2025) dini hari. Kemenangan atas Real Betis itu menambah koleksi trofi Eropa The Blues, yang semuanya secara ajaib diraih di bawah komando pelatih Negeri Pizza.
Jejak Emas Dimulai dari Gianluca Vialli
Untuk memahami pola ini, kita harus mundur ke tahun 1998. Saat itu, Gianluca Vialli bukan hanya menjadi pelatih, tapi juga ikon di ruang ganti Stamford Bridge. Di bawah komandonya, Chelsea mengangkat trofi Piala Winners UEFA gelar Eropa pertama dalam sejarah klub.
Lebih dari sekadar kemenangan, Vialli menanamkan mental juara yang terus diwariskan hingga hari ini. Seperti yang diungkapkan Maresca seusai laga final Conference League: “Trofi ini akan membuat kami terus berkembang,” seolah mengulang semangat Vialli di era lampau.
Momen-Momen Emas di Kompetisi Eropa
Seiring waktu, keajaiban itu tak pernah pudar. Pada 2012, Roberto Di Matteo yang awalnya hanya ditunjuk sebagai pelatih sementara, membawa Chelsea merengkuh trofi Liga Champions pertama mereka. Sebuah pencapaian yang diraih dengan dramatis di Allianz Arena, kandang Bayern Munchen.
Kemudian, Maurizio Sarri datang di musim 2018/2019. Meski sempat diragukan, pelatih eksentrik ini sukses mempersembahkan gelar Europa League. Kini, giliran Maresca yang melengkapi koleksi keempat trofi Eropa Chelsea dengan Conference League.
Uniknya, jika ditarik garis merah, semua pelatih itu berasal dari Italia. Satu pola yang tak bisa lagi dianggap kebetulan.
Tak Hanya di Eropa, Liga Domestik Pun Dikuasai
Dominasi para pelatih Italia tak cuma berhenti di Eropa. Di kompetisi domestik, Carlo Ancelotti jadi sosok penting yang sukses membawa The Blues meraih Premier League 2010 dengan torehan gol terbanyak dalam sejarah saat itu.
Antonio Conte kemudian melanjutkan tradisi manis ini. Dengan skema 3-4-3 yang sempat dianggap nyeleneh di Inggris, dia membawa Chelsea kembali merajai Premier League pada 2017.
Bahkan, Roberto Di Matteo pun sempat menorehkan namanya di Piala FA pada tahun yang sama dengan kejayaan di Liga Champions. Sebuah fakta yang mempertegas sentuhan magis para pelatih Italia di tanah Inggris.
Tradisi Juara yang Terus Hidup
Kini, Enzo Maresca meneruskan tongkat estafet itu. Dengan skuad termuda dalam sejarah Premier League, ia berhasil menjaga tradisi juara yang sudah mendarah daging di Stamford Bridge.
“Saya bangga dengan perjalanan tim ini,” ujar Maresca. Dalam waktu dekat, The Blues akan kembali bersaing di Club World Cup, dengan ambisi menambah lemari trofi.
Dan tampaknya, selama Chelsea masih mempercayakan kursi pelatih kepada orang Italia, kejayaan itu akan terus berlanjut. Entah kebetulan, entah memang sudah ditakdirkan.
Penutup: Takdir Biru di Tangan Negeri Pizza
Apa yang terjadi di Stamford Bridge bukan sekadar catatan prestasi, melainkan kisah warisan yang terus dijaga. Dari Vialli, Di Matteo, Ancelotti, Sarri, Conte, hingga Maresca semua telah membuktikan bahwa pelatih Italia seakan punya kunci khusus untuk membuka pintu kejayaan The Blues.
Kini, hanya waktu yang bisa menjawab, siapa pelatih Italia berikutnya yang akan mencetak sejarah di Stamford Bridge. Tapi satu hal pasti, selama bendera Italia masih berkibar di ruang ganti Chelsea, magis itu tak akan pernah padam.