Liputan Bola Terkini– Kenan Yildiz kembali jadi pusat perhatian Juventus. Pemuda bernomor punggung 10 itu melepas tembakan melengkung ke gawang Borussia Dortmund. Pada laga perdana Liga Champions 2025–2026, Rabu (17/9/2025) dini hari WIB—sebuah malam gila yang berakhir 4-4. Momen itu hadir hanya beberapa hari setelah kemenangan dramatis 4-3 atas Inter, namun yang melekat justru kualitas golnya.1
Dua Generasi, Satu Inspirasi
Selepas pertandingan, Yildiz berjumpa sosok yang sering disebut sebagai panutannya: Alessandro Del Piero. Pertemuan “guru dan murid” ini jadi simbol estafet nomor 10 Juventus angka keramat yang menuntut tanggung jawab sekaligus.
Lengkung yang Mengirim Kita ke 1995
Gol penyama skor Yildiz bukan sekadar penyelesaian cantik. Cara bola berbelok dari tepi kotak penalti membuat banyak orang langsung teringat pada koleksi gol “ala Del Piero” di pertengahan 1990-an—kebetulan lawannya sama, Dortmund. Yildiz merendah saat membahas penyelesaiannya; ia menyebut momen itu muncul spontan ketika melihat celah, mengarahkan tembakan ke ruang kosong, lalu menyaksikan bola masuk seperti dalam gerak lambat. Ia puas karena gol indah tersebut hadir bersamaan dengan kontribusi nyata untuk tim.
Bedah Teknik Versi Del Piero
Del Piero yang malam itu bertugas sebagai pandit di studio Sky Sport Italia punya kesempatan mengulas langsung “kembaran” gol khasnya. Ia menjelaskan, kunci dari tendangan seperti itu ada pada arah putaran dan lintasan bola: bukan hanya bergerak dari kanan ke kiri, tetapi juga turun-naik secara bersamaan. Kombinasi dua perubahan arah tersebut membuat bola sulit dijangkau kiper—sebuah gerak yang tampak sederhana, namun pada praktiknya “nyaris tak tersentuh”.
Nomor 10: Antara Beban dan Kebahagiaan
Kaus 10 kini resmi berada di punggung Yildiz, dan performanya menunjukkan ia siap memikul ekspektasi. Ia mengaku merasa klop dengan rekan setim serta pelatih, dan menegaskan target pribadinya sederhana: terus membantu tim. Pengalaman positif di Piala Dunia Antarklub mempertebal keyakinannya bahwa Juventus memulai musim ini di jalur tepat. Ia menutup dengan nada jujur—bahagia karena kontribusinya, namun tak menampik rasa lelah—sebuah pengingat bahwa konsistensi adalah pekerjaan harian, bukan sekadar kilas momen magis.