Liputan Bola Terkini – Kemenangan dramatis 5-4 atas Israel tidak membuat Gennaro Gattuso tersenyum. Alih-alih puas, pelatih Timnas Italia itu justru menunjukkan kekecewaan mendalam terhadap cara timnya bertahan. Tiga poin memang didapat, namun performa dianggap jauh dari standar yang diinginkan.1
Laga Penuh Naik Turun
Partai Kualifikasi Piala Dunia 2026 tersebut berjalan liar bak wahana roller coaster. Gli Azzurri sempat tertinggal dua kali sebelum membalikkan keadaan pada menit-menit penutup. Dua pertandingan awal era Gattuso sudah menghasilkan pesta 10 gol, tetapi di balik produktivitas itu, kelemahan di lini belakang terlihat gamblang: terlalu mudah ditembus dan sering salah mengambil keputusan pada momen kritis.
“Paling Gila” dalam Karier Melatih
Gattuso mengaku duel melawan Israel menguras emosi. Ia menggambarkan pertandingan itu sebagai pengalaman terberat yang pernah ia lewati di pinggir lapangan. Menurutnya, tim terlalu bernafsu menyerang secara terus-menerus sehingga membuka ruang bagi lawan untuk menghukum lewat serangan balik. Saat unggul, Italia dinilai seharusnya bisa menurunkan blok, menjaga jarak antarlini, dan mengelola tempo agar tidak terjebak permainan terbuka.
Tanggung Jawab Ada pada Staf Pelatih
Meski kritiknya tajam, Gattuso tidak melempar kesalahan kepada para pemain. Ia menegaskan kerapuhan struktur bertahan merupakan pekerjaan rumah utamanya bersama jajaran staf. Italia, ucapnya, berasal dari kultur taktik yang kuat, namun tetap perlu berproses menjadi tim yang lebih otonom di lapangan—mampu membaca situasi, memilih kapan menekan, dan kapan menutup ruang tanpa menunggu instruksi.
Mentalitas Oke, Organisasi Bertahan Harus Dibenahi
Gattuso memuji daya juang skuat yang berulang kali bangkit setiap kali mendapat tekanan. Respons cepat usai kebobolan menunjukkan karakter yang ia sukai. Namun pujian itu tak menutupi fakta bahwa soliditas pertahanan belum berada pada level yang layak untuk tim sekelas Italia. Gol-gol yang bersarang dinilai lahir dari kecerobohan sendiri—kesalahan posisi, terlambat melakukan cover, serta transisi negatif yang lambat.
Fokus ke Depan: Menuju Piala Dunia 2026
Dengan jadwal kualifikasi yang masih panjang, Gattuso menempatkan pembenahan organisasi bertahan sebagai prioritas. Pengelolaan risiko saat memimpin skor, keseimbangan antara garis tinggi dan proteksi ruang antarlini, hingga disiplin transisi akan menjadi titik garap utama. Targetnya jelas: Italia bukan hanya menang, tetapi menang dengan cara yang meyakinkan dan berkelanjutan menuju Piala Dunia 2026.